MAKALAH ASUHAN
KEPERAWATAN
DENGAN PERDARAHAN UTERI
DISFUNGSIONAL
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kepetawatan Maternitas 1
yang diampu oleh
Ns.Pindi Kurniawati,S.Kep
Disusun Oleh:
1.
Deka Oja S 11.014
2.
Fendra Nurul R 11.025
3.
Isti Arifah 11.047
4.
Moch Afif Ardianto 11.055
5.
Nova Agustina 11.063
6.
Rezia Satriatama 11.063
7.
Wahyu Maidayanti 11.097
AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO
SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpihan karunia, hidayah dan
bimbingan-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas
Keperawatan Maternitas 1 dengan judul ”Makalah Asuhan Keperawatan Dengan Perdarahan Uteri Disfungsional”. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Adapun
pihak-pihak tersebut antara lain :
1.
NS. Pindi Kurniawati,. S.Kep, selaku Dosen Maternitas 1 AKPER KESDAM IV / DIPONEGORO
2.
Teman-teman yang juga membantu dalam berbagai hal.
3.
Serta pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Akhir
kata, kami berharap semoga makalah ini dapat diterima, dipelajari dan
bermanfaat bagi
mahasiswa dan pembaca dikalangan masyarakat serta dapat digunakan sebagai bahan
acuan dalam penyusunan makalah yang lain. Dan kami menyadari adanya banyak
kekurangan, baik tulisan maupu cara penulisan, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan.
Semarang, Mei 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pola menstruasi adalah
tampilan klinis yang umum. Perdarahan uterus disfungsional didefinisikan sebagai
perdarahan endometrium abnormal dan berlebihan tanpa adanya patologi
struktural. Perdarahan ini juga didefinisikan sebagai menstruasi yang banyak
dan / atau tidak teratur tanpa adanya patologi pelvik yang diketahui, kehamilan
atau gangguan perdarahan umum. PUD umum terjadi pada awal dan akhir usia
reproduksi, dimana sering terjadi PUD anovulatori. Selama periode ini, DUB
terjadi sekunder akibat penurunan esterogen. PUD dapat disebabkan oleh
ketidakseimbangan endokrin atau dapat terjadi pada siklus menstruasi normal (
PUD ovulatori ).
Biaya sosial dan ekonomi PUD cukup besar. Sekitar
sepertiga histerektomi dilakukan akibat gangguan menstruasi saja. Pada artikel
ini, tatalaksana klinis PUD ditelaah. Pendekatan terkini dalam pengobatan PUD
akan dibahas.
Karena diagnosis PUD didasarkan pada penyingkiran
penyebab patologis, maka penting untuk mengetahui diagnosis banding PUD. Hingga
40 persen wanita dengan PUD pada akhirnya akan diperoleh diagnosis lain jika
diselidiki secara intensif. Morbiditas psikiatrik juga berhubungan dengan PUD.
Penelitian komunitas menunjukkan bahwa wanita yang memiliki skor tinggi pada
skor psikiatrik lebih sering mengeluhkan gangguan menstruasi.
PUD meliputi setiap kondisi perdarahan uterus abnormal
tanpa adanya kehamilan, neoplasma, infeksi, atau lesi intra uterin lainnya.
Perdarahan ini paling sering sebagai akibat disfungsi endokrinologis yang
menghambat ovulasi normal.
B. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan
keperawatan yang tepat pada pasien PUD
2. Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mengetahui definisi PUD
b. Mahasiswa
mengetahui penyebab PUD
c. Mahasiswa
mengetahui jalan penyakit PUD
d. Mahasiswa
mengetahui tanda dan gejala PUD
e. Mahasiswa
mengetahui komplikasi PUD
f. Mahasiswa
mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien PUD
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Perdarahan Uterus Disfungional (PUD) adalah
perdarahan uterus abnormal yang didalam maupu diluar siklus haid,yang semata –
mata disebabkan gangguan fungsional mekanisme kerja hipotalamus – hipofisis –
ovarium – endometrium –tanpa kelainan organik alat reproduksi PUD paling banyak
dijumpai pada usia perimenars dan perimenopause.(Manuaba,1998)
PUD adalah suatu keadaan yang ditandai perdarahan
banyak,berulang dan berlangsung lama yang berasal dari uterus namun bukan
disebabkan oleh penyakit organ dalam panggul,penyakit sistemik ataupun
kehamilan.(Rahman,2008)
PUD adalah perdarahan abnormal dari uterus, biasanya
berhubungan dengan kegagalan ovulasi, dengan tidak adanya lesi organik lainnya
terdeteksi.(Kadarusman,2005)
B. Penyebab
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada
setiap umur antara menarche dan menopause.tetapi,kelainan ini lebih sering
dijumpai pada masa permulaan dan pada masa akhir fungsi ovarium. Pada usia
perimenars,penyebab paling mungkin adalah faktor pembekuan darah dan gangguan
psikis.
Pada masa pubertas sesudah menarche,perdarahan tidak
normal disebabkan oleh gangguan atau terlambat proses maturasi pada
hipotalamus,dengan akibat bahwa pembuatan releasing faktor dan hormon gonadotropin
tidak sempurna. Pada wanita dalam masa premenopause ,proses terhentinya proses
ovarium tidak selalu berjalan lancar.(Kadarusman,2005)
C. Tanda dan gejala
1. Perdarahan
pervagina diantara siklus menstruasi
2. Siklus
menstruasi yang abnormal
3. Siklus
menstruasi yang bervariasi (biasanya kurang dari 28 hari diantara siklus
menstruasi )
4. Variable
menstruasi flow ranging from scanty to profuse
5. Infertill
6. Mood
yang berfluktuasi
7. Hot
Flashes
8. Kekeringan
vagina
9. Hirsutism
10. Nyeri (Kadarusman,2005)
C.
Komplikasi
1.
Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi
2.
Anemia berat akibat perdarahan yang
berlebihan dan lama
3.
Pertumbuhan endometrium yang berlebihan
akibat ketidakseimbangan hormonal merupakan faktor penyebab kanker endometrium
.(Rahman,2008)
D.
PATHWAY
(Syilvia,1995)
Stress(psikis,Fisik) Perdarahan Non Organik(Trauma,Pemakaian
kontrasepsi)
BB
(Obesitas)
Usia Menarche
&Menopause
Gangguan hormonal gonadotropin Gangguan pembekuan darah
HormonTiroid
|
Estrogen
Progesteron
Resiko Kematian
Irreguler
Sedding Proliferasi endometrium
Cemas
Endometriasis Vaskularisasi
Kelenjar
Tumbuh
Stoma terbatas
Ketidkseimbngn
hormon Hiperplasia Endometrium Endometrium
Rapuh
Kanker
Endometrium Gang.rasa nyaman nyeri Infertilitas
Perdarahan uteri disfungsional
Resiko Infeksi
Anemia
berat
Lemah,Letih
Gangguan
Nutrisi Kurang dari kebutuhan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
a. Identitas
Klien
Nama,Umur(menarche
& menopouse),jenis kelamin,pekerjaan,
b. Keluhan
Utama
Perdarahan
pervagina diantara siklus menstruasi,Nyeri,Siklus menstruasi yang abnormal,Siklus
menstruasi yang bervariasi (biasanya kurang dari 28 hari diantara siklus
menstruasi ).Variable menstruasi flow ranging from scanty to profuse,Infertill,Mood
yang berfluktuasi,Hot Flashes,Kekeringan vagina,Hirsutism
c. Riwayat
Penyakit
Harus memenuhi kriteria yang telah dikemukakan di atas
termasuk :
a.
Ginekologi reproduksi.
Pastikan tidak adanya kehamilan
dengan memeriksa haid terakhir, menars, pola haid ada tidaknya dimenore,
molimina, penggunaan tampon, benda asing, aktivitas seksual, pemakaian
kontrasepsi (tipe, efek, lamanya), riwayat SOP dan kelainan perdarahan pada
keluarga.
b.
Coba tentukan banyaknya perdarahan
Jika seorang wanita berdiri tanpa menggunakan tampon perlu dilihat apakah
ada perdarahan yang mengalir pada kedua kakinya. Jika ada maka perdarahan
dikatakan banyak.
c.
Singkirkan penyebab lain dari perdarahan, seperti
stress, kelainan pola makan, olahraga, kompetisi atletik, penyakit kronis,
pengobatan dan penyalahgunaan obat.
d.
Tentukan karakteristik episode perdarahan terakhir
d.
Pemeriksaan fisik
a.
Kepala: Normocephal, tidak
terdapat jejas, distribusi rambut merata.
b.
Mata:Ortoforia, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+
c.
Telinga:Aurikula normal, serumen
-/-, hiperemis -/-
d.
Hidung:Normal, sekret -/- , tidak
ada deviasi septum
e.
Mulut dan gigi: Mukosa bibir
basah, sianosis (-), lidah kotor -/-.
f.
Pemeriksaan leher :
Kelenjar getah bening tidak teraba membesar
g.
Pemeriksaan Toraks : Paru : dada
simetris,vesikular, ronkhi -/-, wheezing -/-
h.
Jantung :
BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
i.
Pemeriksaan Abdomen : datar,
bising usus (+) N, hepar dan lien tidak teraba.
j.
Pemeriksaan ekstermitas : edema
(-/-), sianosis -/-,capillary refill time< 2 detik
Pemeriksaan harus difokuskan untuk mengidentifikasi tanda-tanda penyebab
lain dari perdarahan. Sindroma Ovarium Polikistik (SOP) dapat ditentukan karena
gejalanya sangat jelas, sedangkan adanya anovulasi kronik tidak menunjukkan
tanda yang jelas.
Ø Obesitas,
SOP, disfungsi H-P dan hipotiroidisme (menometroragi)
Ø Kelebihan
hormon androgen
Ø Memar-memar
– koagulopati
Ø Galaktore-peningkatan
prolaktin , singkirkan kemungkinan adanya adenoma hipofise
Ø Pembesaran
uterus. Kemungkinan hamil, tumor atau miom
Ø Adanya masa
pada adneksa
e.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berupa
pemeriksaan darah serta pemeriksaan kehamilan diperlukan pada kasus ini.
Pemeriksaan lain tergantung dari usia, status ovulasi, risiko PMS (Penyakit
Menular Seksual), dan risiko penyakit lain. Pemeriksaan ultrasonografi
transvaginal adalah pemeriksaan noninvasif dan Membantu dalam mendeteksi
Kelainan pada rahim, seperti polip, atau mengukur ketebalan endomentrium.
Pemeriksaan ini dapat dilanjutkan dengan histeroskopi (memasukkan Teropong
dalam rahim) atau Biopsi endometrium (mengambil sedikit jaringan endometrium)
bila diperlukan.
Pemeriksaan
laboratorium ini harus sudah terarah sesuai dengan hasil pemeriksaan fisis dan
anamnesis karena biayanya sangat mahal,seperti
a.
Tes kehamilan harus dilakukan dan dihasilkan negatif
(-)
b.
PAP tes
c.
Hitung jenis leukosit 6600 ul
d.
Pemeriksaan kadar hormon steroid
e.
Biopsi endometrium
f.
Hematokrit 29,0 %
g.
Hemoglobin
9,6 gr/dl
h.
USG
Ini adalah hasil dari
pemeriksaan USG
Hasil : penebalan dinding endometrium dan
dislokasi IUD tanpa disertai perlukaan yangmenyebabkan
reaksi radang.
4.
Diagnosa
Keperawatan (Nanda,2011)
1.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
perdarahan uterus
2.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi
pada organ reproduksi
3.
Cemas/ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan
atau ancaman kematian
4.
Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan,
jalan lahir, dan infeksi nasokomial
5.
Intervensi (Dongoes,2002)
1.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
perdarahan uterus
Tujuan : Status nutrisi: makanan,
cairan, dan intake adekuat.
Kriteri Hasil :
Ø
BB bertambah dan dalam batas normal.
Ø
Nilai laboratorium (tranferin, albumin, dan elektrolit)
dalam batas normal
Ø
Menunjukkan level energi adekuat.
Ø
Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi
Intervensi
1. Kaji
motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
R
:Meningkatkan nafsu makan pasien
2. Monitor
nilai-nilai laboratorium, terutama transferin, albumin, dan elektrolit.
R
:Mengetahui dan untuk menegakkan intervensi yang tepat
3. Tanyakan
makanan kesukaan pasien.
R
:Meningkatkan nafsu makan
4. Tentukan
kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
R:Mengetahui
cara yang tepat dalam pemberian makan
5. Monitor
catatan intake kalori dan komponen nutrisi.
R
:Mengetahui jumlah pemasukkan dan zat yang terkandung dalam makanan
6. Monitor
BB pasien.
R
:Memantau kenaikan berat badan
7. Kaji
dan dokumentasikan drat kesulitan mengunyah dan menelan.
R
:Mengetahui apa yang menyebabkan proses mengunyah dan menelan terhambat
8. Identifikasi
faktor-faktor penyebab mual dan muntah.
R
:Mengetahui penyebab mual dan muntah
9.
Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan
kebutuhan protein untuk pasien dengan ketidakadekuatan asupan protein atau
kehilangan protein
R
:Pemberian yang tepat dapat mempercepat peningkatan nutrisi
10. Identifikasi
faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kehilangan selera makan pasien
(misalnya, medikasi, masalah emosional).
R
:Mengetahui penyebab penurunan bb
11. Monitor
perilaku pasien yang berhubungan dengan penurunan BB.
2.
Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi/perdarahan
Tujuan :
Nyeri
berkurang/terkontrol
Kriteria
Hasil :
Ø Klien mampu
mencapai level nyaman
Ø Klien mampu
mengontrol nyeri
Ø Klien mampu
menyebutkan efek mengganggu dari nyeri
Ø Klien mampu
mengurangi level nyeri
Intervensi
1. Selidiki
keluhan pasien akan nyeri,perhatikan intensitas (0-10),lokasi,dan faktor
pencetus
R:Mengetahui tingkat
nyeri dan penanganan yang tepat
2. Awasi
tanda vital,perhatikan petunjuk non-verbal,misal:tegangan otot,gelisah.
R:Mengawasi keadaan
umum klien
3. Berikan
lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress.
R:Mengurangi nyeri
4. Berikan
tindakan kenyamanan (misal:pijatan/masase punggung)
R:Merilekskan sumber
nyeri
5. Dorong
menggunakan tekhnik manajemen nyeri ,contoh : latihan relaksasi/napas
dalam,bimbingan imajinasi,visualisasi)
R:Mengontrol nyeri
6. Berikan
teknik relaksasi nafas dalam
R:Menurut jurnal
penelitian Ernawati, Tri Hartiti, Idris Hardi yang menyatakan bahwa
Teknik
relaksasi napas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri dengan cara
merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh
peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan
meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemic. Teori
lain yang mendukung bahwa teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan
intensitas nyeri adalah teori huges dkk (1975). Menurutnya dalam keadaan
tertentu tubuh mampu mengeluarkan opoid endogen yaitu endorphin dan enkefalin.
Zat –zat tersebut memiliki sifat mirip morfin dengan efek analgetik yang
membentuk suatu “system penekan nyeri”. Tehnik relaksasi nafas dalam merupakan
salah satu keadan yang mampu merangsang tubuh untuk mengeluarkan opoid endogen
sehingga terbentuk system penekan nyeri yang akhirnya akan menyebabkan
penurunan intensitas nyeri. Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan
penurunan intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam, dimana setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terjadi penurunan
intensitas nyeri. Teknik relaksasi nafas dalam yang dilakukan secara berulang akan
menimbulkan rasa nyaman. Adanya rasa nyaman inilah yang akhirnya akan
meningkatkan toleransi seseorang terhadap nyeri. Orang yang memiliki toleransi
nyeri yang baik akan mampu beradaptasi terhadap nyeri dan akan memilki mekanisme
koping yang baik pula.
7. Kolaborasi:Pemberian
obat analgetika dan Pemberian Antibiotika
R:Mengurangi rasa nyeri
3. Cemas/ansietas
berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian
Tujuan :
Klien
dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas
berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
Ø Klien
lebih rileks
Ø Rasa
cemas klien berkurang
Intervensi
1. Kaji
respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
R: Persepsi
klien mempengaruhi intensitas cemasnya
2. Kaji
respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
R: Perubahan tanda
vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
3. Perlakukan
pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
R: Memberikan
dukungan emosi
4. Berikan
informasi tentang perawatan dan pengobatan
R: Informasi yang akurat
dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
5. Bantu
klien mengidentifikasi rasa cemasnya
R: Ungkapan
perasaan dapat mengurangi cemas
6. Kaji
mekanisme koping yang digunakan klien
R: Cemas
yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat
7. Ajarkan
teknik nafas dalam
R: Menurut Jurnal
Penelitian Oleh : Abdul Ghofur dan Eko Purwoko menyatakan bahwa Pemberian
teknik nafas dalam pada pasien akan terjadi penurunan dalam ketegangan untuk mencapai
keadaan rileks, memusatkan perhatian pada teknik pernafasan,dan mengencangkan
serta mengendurkan kumpulan otot secara bergantian sehingga dapat merasakan
perbedaan antara relaksasi dan ketegangan. Dari hasil penelitian, gambaran
tingkat kecemasan setelah pemberian teknik nafas dalam pada waktu selama 15
menit diperoleh penurunan nilai tingkat kecemasan rata-rata standar
devisiasinya 0,4923.
4.
Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan,
jalan lahir, dan infeksi nasokomial
Tujuan : mencegah terjadinya infeksi
Kriteria
Hasil :
Ø
Klien mampu mencegah status infeksi
Ø Klien mampu
mencapai status kekebalan tubuh
Intervensi :
1. Kaji tinggi fundus dan sifat Kaji lochia:
jenis, jumlah, warna dan sifatnya Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4
jam dan selama kondisi klien kritis
R:Mengetahui
keadaan umum pasien
2. Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data
klinik secara lengkap Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan
mencuci tangan pada pasien dan perawat
R:Mengetahui
data tambahan,dan proteksi diri untuk pasien agar tidak terinfeksi
3.
Kaji
ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/ kelumpuhan
R:Mengetahui
keadaan fisik dan fungsi syaraf klien
4. Pemberian
analgetika dan antibiotika
R:Mengurangi perluasan
infeksi
6.
Evaluasi
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat :
1.
Klien mampu mencegah status infeksi
2.
Klien mampu mencapai status kekebalan tubuh
3.
Klien lebih rileks
4.
Rasa cemas klien berkurang
5.
Klien mampu mencapai level nyaman
6.
Klien mampu mengontrol nyeri
7.
Klien mampu menyebutkan efek mengganggu dari nyeri
8.
Klien mampu mengurangi level nyeri
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
PUD adalah
suatu keadaan yang ditandai perdarahan banyak,berulang dan berlangsung lama
yang berasal dari uterus namun bukan disebabkan oleh penyakit organ dalam panggul,penyakit
sistemik ataupun kehamilan.
PUD dapat
dikatakan memiliki manifestasi khusus yaitu kejadiannya tidak dapat diramalkan
dan biasaanya tidak menimbulkan rasa nyeri,perdarahan dapat sangat banyak
berlangsung lama
Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi hemodinamik
dari ibu. Pemberian estrogen dosis tinggi adalah tatalaksana yang sering
dilakukan
Pasien disarankan untuk menjaga kondisi
kesehatan mereka, mengurangi merokok, kokain, amfetamin, sehingga dapat
meminimalisasi risiko untuk perdarahan abnormal dan kanker.
B. Saran
Bagi setiap
wanita, konsulkan diri Anda ke petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan
lainnya jika Anda merasa terdapat tanda- tanda seperti diatas untuk
pencegahan,dan bagi pihak Rumah Sakit agar dapat lebih memperhatikan terhadap
penyakit ini dan juga diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Doengoes, M.E, et al.2002. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Kadarusman.2005.Perdarahan Uterus
Disfungsional Kronik pada Masa Reproduksi. Diunduh pada tanggal 3 Mei 2013
dari http://digilib.unsri.ac.id
Manuaba. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita., Jakarta: ARCAN
NANDA,2011.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa, Prima
Medika, NANDA.
Rahman
.2008. Pendidikan Kesehatan. Jakarta:
Surya Cipta
Robbins,
Stephen P. dan Mary Coulter. 2007. Manajemen
Edisi 8. Jakarta: Indeks
Sylvia A.Prie,Lorraine M.Wilson, 1995. Patofisiologi edisi 4, Jakarta:EGC
terimakasih banyak infonya, sangat membantu sekali...
BalasHapushttp://obatasliindonesia.com/obat-herbal-nyeri-haid-terbaik/