TUGAS MEDIKAL BEDAH III
“DIABETES MELITUS”
Disusun
Oleh :
1. Deka
Oja Saputra (11.014)
2. Ibnu
Utomo (11.035)
3. Moch.Afif Ardianto (11.055)
4. Ridwan
Syafii Ihsan (11.075)
5. Wahyu
Maidayanti (11.097)
AKADEMI
KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO
SEMARANG
2013
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat
dihindarkan. Manusia seperti halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai
batas keberadaannya dan akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada
usia lanjut dan kemunduran kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari
kelainan patologi yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi
hampir semua produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang
sangat dipengaruhi oleh proses menjadi tua.Pola hidup masyarakat saat ini harus
diakui sangat praktis, terlebih untuk pola makan. Masyarakat dimanjakan dengan
berbagai jenis makanan yang sangat cepat untuk disajikan dan bahkan instan.
Ditambah dengan jenis makanan dari mancanegara yang menurut generasi sekarang
disebut dengan modern. Fakta bahkan menunjukkan sebagian besar masyarakat
begitu bangga akan fast food
atau junk food. Tanpa mereka
ketahui, dari perilaku tersebut, penyakit degeneratif mengintai setiap saat.
Penyakit yang masuk dalam kelompok penyakit degeneratif antara lain diabetes
mellitus atau kencing manis, stroke, jantung koroner, kardiovaskular, obesitas,
penyakit lever, penyakit ginjal
dan lainnya (Triawati, 2011).
Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut
gambaran klinisnya bervariasi luas dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi
nyata yang kadang-kadang menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui
pada usia lanjut.
Penyakit kencing manis atau diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang
di tandai dengan kadar gula (glukosa) dalam darah tinggi, diabetes melitus
merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar
gula darah (hiperglikemia)
akibat jumlah dan atau fungsi insulin terganggu (Iskandar, 2009).
Dalam makalah ini dibahas masalah penyakit diabetes pada usia lanjut
beserta asuhan keperawatannya.
B. DEFINISI
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dan bersifat degeneratif yang dimanifestasikan oleh
kehilangan toleransi karbohidrat dengan karateristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua – duanya dan
merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sangat cepat peningkatannya (American Diabetes Association, 1998
dalam Soegondo, 2007).
Diabetes melitus merupakan keadaan ketika kadar gula dalam darah tingi
melebihi kadar gula darah normal. Penyakit ini biasanya disertai berbagai
kelainan metabolisme akibat gangguan hormonal dalam tubuh (Widjadja, 2009).
Diabetes Melitus mempunyai dua tipe utama, yaitu Diabetes tipe 1 dan
Diabetes tipe 2. Sebagian besar diabetes tipe 1 banyak terjadi pada orang muda
dibawah usia 35 tahun. Diabetes tipe 2 merupakan tipe diabetes yang paling
banyak ditemukan, yaitu 90 – 95% dari seluruh pengidap diabetes dan sering
terjadi pada usia diatas 45 tahun (Smeltzer & Bare, 2002).
C.
ETIOLOGI
1.Diabetes tipe I:
a. Faktor
genetik
Penderita
diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b. Faktor-faktor
imunologi
Adanya
respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap
sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor
lingkungan
Virus
atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta.
2.Diabetes
Tipe II
Mekanisme
yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan
dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor
resiko :
a. Usia
(resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat
keluarga
KLASIFIKASI DIABETES MELITUS
Menurut American Diabetes
Association 2005 (ADA 2005) mengklasifikasi klasifikasi diabetes
melitus, yaitu :
a.
Diabetes tipe I : Disebut juga IDDM (Insulin
Dependent Diabetes Melitus) atau Juvenil Diabetes Melitus.
Diabetes
melitus jenis ini disebabkan oleh kurangnya atau tidak adanya produksi insulin
kaena reaksi auto imun akibat adanya peradangan pad sel beta (insulitis) yang ahirnya menyebabkan
produksi insulin terganggu.
b.
Diabetes Melitus tipe II : Disebut juga NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes melitus) kadar insulin normal
bahkan mengalami peningkatan, tetapi jumlah reseptor insulin pada permukaan
sel kurang, sehingga tetap saja gula dalam darah tidak bisa sampai ke dalam
sel.
c.
Diabetes melitus tipe spesifik lain, akibat dari : Diabetes tipe ini
diakibatkan oleh infeksi, penyakit endokrin pankreas, endokrinopati,
obat-obatan, malnutrisi dan sindroma genetik.
d. Diabetes
Melitus Gestasional GDM (Gestasional
Diabetes Melitus).
Diabetes
melitus pada kehamilan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu diabetes melitus
yang memang sudah diketahui sebelumnya pada penderita yang sedang hamil DMH (Diabetes Melitus Pragestasional)
diabetes ini termasuk tipe I (IDDM) dan sebelumnya tidak mengidap diabetes
melitus atau baru mengidap diabetes melitus dalam masa kehamilan (Pregnacy Induced Diabetes Melitus).
D.PATHWAY
DAN PATOFISIOLOGI
Defisiensi Insulin
glukagon↑ penurunan
pemakaian
glukosa oleh sel
glukoneogenesis hiperglikemia
lemak protein glycosuria
ketogenesis
BUN↑
Osmotic Diuresis
|
ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi
C.
|
D.
E.
|
F.
|
Aterosklerosis
|
|
E.Pemeriksaan Penunjang
- Glukosa darah sewaktu
- Kadar glukosa darah puasa
- Tes toleransi glukosa
Kadar
darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
|
Bukan
DM
|
Belum
pasti DM
|
DM
|
Kadar
glukosa darah sewaktu
-
Plasma vena
-
Darah kapiler
Kadar
glukosa darah puasa
-
Plasma vena
-
Darah kapiler
|
<
100
<80
<110
<90
|
100-200
80-200
110-120
90-110
|
>200
>200
>126
>110
|
Kriteria
diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa
plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa
plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa
plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
F.PENATALAKSANAAN
Tujuan
utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta
neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal.
Ada
5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi
(jika diperlukan)
5. Pendidikan
TANDA DAN GEJALA
1)
Gejala
diabetes tipe I muncul secara tiba-tiba pada saat usia anak-anak sebagai akibat
dari kelainan genetika, sehingga tubuh tidak memproduksi insulin dengan baik.
Gejala-gejalanya antara lain adalah:
- Sering buang air
kecil
- terus menerus
merasa lapar dan haus
- berat badan menurun
-
merasa kelelahan penglihatan kabur
-
infeksi pada kulit yang berulang, menigkatnya kadar gula dalam urin dan
cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 20 tahun.
2)
Gejala
diabetes tipe II muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang
jelas, dan pada tahap permulaan seperti pada gejala diabetes tipe I, yaitu :
-
Cepat lelah dan merasa tidak fit
-
merasa lapar dan haus
-
kelelahan berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya
-
mudah sakit yang berkepanjangan dan biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun
tapi prevalensianya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja
(Lanny, 2006).
Menurut Hasan Badawi (2009)
gejala awal diabetes melitus biasanya diasebut dengan 3 P, yaitu :
a.
Poliuria (banyak kencing)
Hal ini
terjadi ketika kadar gula darah melebihi ambang ginjal yang mengakibatkan
glukosa dalam urin menarik air sehingga urin menjadi banyak. Maka setiap kali
para penderita diabetes melitus mengalami buang air kecil dengan intensitas
durasi melebihi volume normal (poliuria).
b.
Polidipsi (banyak minum)
Karena
sering buang air kecil, setiap kali para pasien diabetes melitus akan banyak
minum (polidipsi). Karena demikianlah kita sering mendapati para pasien mengalami
keluhan lemas, banyak makan (polifagi).
c.
Polifagi (banyak makan)
Seorang
pasien diabetes yang baru makan akan mengalami ketidakcukupan hormon insulin
untuk memasukan gukosa ke dalam sel, hal ini menyebabkan tubuh akan selalu
merasa kelaparan, sehingga tubuh sering terasa lemah. Kompensasinya seorang
pasien diabetes akan makan lebih banyak lagi.
Gejala Lanjutan :
a.
Berat badan
berkurang
Ketika
proses sekresi pankreas kurang mencukupi jumlah hormon insulin untuk mengubah
gula menjadi tenaga, tubuh akan menggunakan simpanan lemak dan protein di tubuh
ini menyebabkan berkurangnya berat badan.
b.
Penglihatan kabur
Kadar gula
darah yang tinggi dapat menyebabkan perubahan pada lensa mata sehingga
penglihatan kabur walaupun baru mengganti kaca mata.
c.
Cepat lelah
Karena gula
di dalam darah tidak dapat di ubah menjadi tenaga sel-sel tubuh maka cepat
merasa lelah, kurang tenaga dan sering mengantuk.
d.
Luka yang sulit disembuhkan
Pada
diabetes, terjadi penurunan daya tubuh terhadap infeksi sehingga bila timbul
luka akan sulit sembuh. Tidak menutup kemugkinan, jika terjadi infeksi berat di
daerah kaki, akan berpotensi di amputasi sehingga akan mengalami cacat
permanen.
Gejala kronis :
a.
Impoten
b.
kerusakan ginjal
c.
Gangren (infeksi pada kaki hingga membusuk)
d.
Kebutaan
e.
Stroke
f.
serangan jantung hingga kematian mendadak.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS
1. Pengkajian
Pengkajian
pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai
dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan
utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola
kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada
klien degan diabetes mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak,
kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu
melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit
jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar
sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa
terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan
menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti
mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus,
menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah
vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.
2. Diagnosa
Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan
teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes
mellitus yaitu :
a) Gangguan perfusi berhubungan dengan
melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi
pembuluh darah.
b) Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
c)
Potensial terjadinya penyebaran infeksi (
sepsis) berhubungan dengan tinggi kadar gula darah.
d)
Cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
e) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
f)
Gangguan body image berhubungan dengan
perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
3.
Rencana Keperawatan
a. Gangguan perfusi berhubungan dengan
melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi
pembuluh darah.
Tujuan : Mempertahankan
sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil :
- Denyut nadi perifer
teraba kuat dan reguler
- Warna kulit sekitar
luka tidak pucat/sianosis
- Kulit sekitar luka
teraba hangat.
- Oedema tidak
terjadi dan luka tidak bertambah parah.
- Sensorik dan
motorik membaik
Rencana tindakan :
- Ajarkan pasien
untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi
meningkatkan sirkulasi darah.
- Ajarkan tentang
faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah : Tinggikan kaki
sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu
istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari
penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan
melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
- Ajarkan tentang
modifikasi faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet tinggi kolestrol, teknik
relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi
dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan
terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek
dari stres.
- Kerja sama dengan
tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara
rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian
vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan
dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat
mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi
daerah ulkus/gangren.
b. Ganguan integritas jaringan berhubungan
dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses
penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
- Berkurangnya oedema sekitar luka.
- pus dan jaringan berkurang
- Adanya jaringan granulasi.
- Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
-
Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang
tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan
tindakan selanjutnya.
-
Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik
menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada
luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka dengan
teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan
merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.
-
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur
pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan
menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis
kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula
darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.
c. Potensial terjadinya penyebaran
infeksi ( sepsis) berhubungan dengan tinggi kadar gula darah.
Tujuan : Tidak terjadi
penyebaran infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil :
- Tanda-tanda infeksi tidak ada.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 36 – 37,5 0C
)
- Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Rencana tindakan :
- Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang
tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu menentukan tindakan
selanjutnya.
-
Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama
perawatan.
Rasional : Kebersihan diri
yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman.
- Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional : untuk mencegah
kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.
-
Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang
ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat,
latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang
tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan terjadi
penyebaran infeksi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika
dan insulin.
Rasional : Antibiotika dapat
menbunuh kuman, pemberian insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah
sehingga proses penyembuhan.
d. Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan : rasa cemas
berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
- Pasien dapat mengidentifikasikan
sebab kecemasan.
- Emosi stabil., pasien tenang.
- Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
- Kaji tingkat kecemasan yang dialami
oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan
tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan
intervensi yang cepat dan tepat.
- Beri kesempatan pada pasien untuk
mengungkapkan rasa cemasnya,
Rasional : Dapat meringankan
beban pikiran pasien.
- Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa
saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
- Beri informasi yang akurat tentang
proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan
keperawatan.
Rasional : Informasi yang
akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan
dapat mengurangi beban pikiran pasien.
- Berikan keyakinan pada pasien bahwa
perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan
yang terbaik dan seoptimal mungkin.
Rasional : Sikap positif dari
timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
- Berikan kesempatan pada keluarga
untuk mendampingi pasien secara bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa
lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan
nyaman.
Rasional : lingkung yang
tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
e. Kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh
informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
- Pasien mengetahui tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila
ditanya.
- Pasien dapat melakukan perawatan diri
sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
- Kaji tingkat pengetahuan
pasien/keluarga tentang penyakit DM dan gangren.
Rasional : Untuk memberikan
informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi
atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
- Kaji latar belakang pendidikan
pasien.
Rasional : Agar perawat dapat
memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat
dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
- Jelaskan tentang proses penyakit,
diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang
mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi
dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman
- Jelasakan prosedur yang kan
dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan
yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan
lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
- Gunakan gambar-gambar dalam
memberikan penjelasan ( jika ada / memungkinkan).
Rasional : gambar-gambar dapat
membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.
f. Gangguan body image berhubungan
dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
Tujuan : Pasien dapat menerima
perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secar positif.
Kriteria Hasil :
- Pasien mau berinteraksi
dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah diri.
- Pasien yakin akan
kemampuan yang dimiliki.
Rencana tindakan :
- Kaji perasaan/persepsi pasien tentang
perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang
berfungsi secara normal.
Rasional : Mengetahui adanya
rasa negatif pasien terhadap dirinya.
- Lakukan pendekatan dan bina hubungan
saling percaya dengan pasien.
Rasional : Memudahkan dalm
menggali permasalahan pasien.
- Tunjukkan rasa empati, perhatian dan
penerimaan pada pasien.
Rasional : Pasien akan merasa
dirinya di hargai.
- Bantu pasien untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain.
Rasional : dapat meningkatkan
kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan menghilangkan
perasaan terisolasi.
- Beri kesempatan kepada pasien untuk
mengekspresikan perasaan kehilangan.
Rasional : Untuk mendapatkan
dukungan dalam proses berkabung yang normal.
- Beri dorongan pasien untuk
berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan masalah yang
konstruktif dari pasien.
Rasional : Untuk meningkatkan
perilaku yang adiktif dari pasien.
4.
Implementasi
Pelaksanaan
adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah
ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan
ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat
dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan
keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan
dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon
pasien.
5.
Evaluasi
Evaluasi
merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif
dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
a. Berhasil : prilaku pasien sesuai
pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai sebagian : pasien menunujukan
prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
Belum tercapai. : pasien tidak
mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan
tujuan.
Daftar Pustaka
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002
Carpenito, Lynda Juall, Buku
Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta :
EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana
Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta
: EGC, 1999.
Ikram, Ainal, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi
ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Luecknote, Annette
Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,
Jakarta:EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G
bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi
8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih, Jakarta : EGC, 2002
http://logisempiris.zoomshare.com/files/bu.../Presentation_endocrine.ppt/
organ endokrin