Sabtu, 14 September 2013

Askep DM



TUGAS MEDIKAL BEDAH III
“DIABETES MELITUS”


 










Disusun Oleh :
1.      Deka Oja Saputra                    (11.014)
2.      Ibnu Utomo                            (11.035)
3.      Moch.Afif  Ardianto              (11.055)
4.      Ridwan Syafii Ihsan               (11.075)
5.      Wahyu Maidayanti                 (11.097)



AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO
SEMARANG
2013
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan kemunduran kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses menjadi tua.Pola hidup masyarakat saat ini harus diakui sangat praktis, terlebih untuk pola makan. Masyarakat dimanjakan dengan berbagai jenis makanan yang sangat cepat untuk disajikan dan bahkan instan. Ditambah dengan jenis makanan dari mancanegara yang menurut generasi sekarang disebut dengan modern. Fakta bahkan menunjukkan sebagian besar masyarakat begitu bangga akan  fast food atau junk food. Tanpa mereka ketahui, dari perilaku tersebut, penyakit degeneratif mengintai setiap saat. Penyakit yang masuk dalam kelompok penyakit degeneratif antara lain diabetes mellitus atau kencing manis, stroke, jantung koroner, kardiovaskular, obesitas, penyakit lever, penyakit ginjal dan lainnya (Triawati, 2011).
Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi luas dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadang menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut.
Penyakit kencing manis atau diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan kadar gula (glukosa) dalam darah tinggi, diabetes melitus merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah (hiperglikemia) akibat jumlah dan atau fungsi insulin terganggu (Iskandar, 2009).
Dalam makalah ini dibahas masalah penyakit diabetes pada usia lanjut beserta asuhan keperawatannya.





B.     DEFINISI
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan bersifat degeneratif yang dimanifestasikan oleh kehilangan toleransi karbohidrat dengan karateristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua – duanya dan merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sangat cepat peningkatannya (American Diabetes Association, 1998 dalam Soegondo, 2007).
Diabetes melitus merupakan keadaan ketika kadar gula dalam darah tingi melebihi kadar gula darah normal. Penyakit ini biasanya disertai berbagai kelainan metabolisme akibat gangguan hormonal dalam tubuh (Widjadja, 2009).
Diabetes Melitus mempunyai dua tipe utama, yaitu Diabetes tipe 1 dan Diabetes tipe 2. Sebagian besar diabetes tipe 1 banyak terjadi pada orang muda dibawah usia 35 tahun. Diabetes tipe 2 merupakan tipe diabetes yang paling banyak ditemukan, yaitu 90 – 95% dari seluruh pengidap diabetes dan sering terjadi pada usia diatas 45 tahun (Smeltzer & Bare, 2002).

C. ETIOLOGI
1.Diabetes tipe I:
a.       Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b.      Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c.       Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.


2.Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a.       Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b.      Obesitas
c.       Riwayat keluarga

KLASIFIKASI DIABETES MELITUS
Menurut American Diabetes Association 2005 (ADA 2005) mengklasifikasi klasifikasi diabetes melitus, yaitu :
a.       Diabetes tipe I : Disebut juga IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) atau Juvenil Diabetes Melitus.
Diabetes melitus jenis ini disebabkan oleh kurangnya atau tidak adanya produksi insulin kaena reaksi auto imun akibat adanya peradangan pad sel beta (insulitis) yang ahirnya menyebabkan produksi insulin terganggu.
b.      Diabetes Melitus tipe II : Disebut juga NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes melitus) kadar insulin normal bahkan mengalami peningkatan, tetapi jumlah reseptor insulin  pada permukaan sel kurang, sehingga tetap saja gula dalam darah tidak bisa sampai ke dalam sel.
c.       Diabetes melitus tipe spesifik lain, akibat dari : Diabetes tipe ini diakibatkan oleh infeksi, penyakit endokrin pankreas, endokrinopati, obat-obatan, malnutrisi dan sindroma genetik.
d.      Diabetes Melitus Gestasional  GDM (Gestasional Diabetes Melitus).
Diabetes melitus pada kehamilan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu diabetes melitus yang memang sudah diketahui sebelumnya pada penderita yang sedang hamil DMH (Diabetes Melitus Pragestasional) diabetes ini termasuk tipe I (IDDM) dan sebelumnya tidak mengidap diabetes melitus atau baru mengidap diabetes melitus dalam masa kehamilan (Pregnacy Induced Diabetes Melitus).


D.PATHWAY DAN PATOFISIOLOGI

Defisiensi Insulin


 
                                                   glukagon↑                                    penurunan pemakaian
glukosa oleh sel
                          glukoneogenesis                                 hiperglikemia


 
                   lemak                   protein                   glycosuria

   ketogenesis                BUN↑                        Osmotic Diuresis


Kekurangan volume cairan
 
 
               ketonemia          Nitrogen urine ↑          Dehidrasi

C.    
Mual muntah
 
                      PH                     Hemokonsentrasi
D.   









 
E.    
Resti Ggn Nutrisi
Kurang dari kebutuhan
 
                    Asidosis                                           Trombosis
F.     


§  Koma
§  Kematian
 
 
                                                                    Aterosklerosis


 
Mikrovaskuler
 
Makrovaskuler
 
   


 








E.Pemeriksaan Penunjang
  1. Glukosa darah sewaktu
  2. Kadar glukosa darah puasa
  3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu
-          Plasma vena
-          Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
-          Plasma vena
-          Darah kapiler


< 100
<80


<110
<90


100-200
80-200


110-120
90-110


>200
>200


>126
>110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1.      Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2.      Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3.      Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

F.PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1.      Diet
2.      Latihan
3.      Pemantauan
4.      Terapi (jika diperlukan)
5.      Pendidikan
TANDA DAN GEJALA
1)      Gejala diabetes tipe I muncul secara tiba-tiba pada saat usia anak-anak sebagai akibat dari kelainan genetika, sehingga tubuh tidak memproduksi insulin dengan baik. Gejala-gejalanya antara lain adalah:
-          Sering buang air kecil
-          terus menerus merasa lapar dan haus
-          berat badan menurun
-          merasa kelelahan penglihatan kabur
-          infeksi pada kulit yang berulang, menigkatnya kadar gula dalam urin dan cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 20 tahun.
2)      Gejala diabetes tipe II muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaan seperti pada gejala diabetes tipe I, yaitu :
-          Cepat lelah dan merasa tidak fit
-          merasa lapar dan haus
-          kelelahan berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya
-          mudah sakit yang berkepanjangan dan biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun tapi prevalensianya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja (Lanny, 2006).
Menurut Hasan Badawi (2009) gejala awal diabetes melitus biasanya diasebut dengan 3 P, yaitu :
a.       Poliuria (banyak kencing)
Hal ini terjadi ketika kadar gula darah melebihi ambang ginjal yang mengakibatkan glukosa dalam urin menarik air sehingga urin menjadi banyak. Maka setiap kali para penderita diabetes melitus mengalami buang air kecil dengan intensitas durasi melebihi volume normal (poliuria).
b.      Polidipsi (banyak minum)
Karena sering buang air kecil, setiap kali para pasien diabetes melitus akan banyak minum (polidipsi). Karena demikianlah kita sering mendapati para pasien mengalami keluhan lemas, banyak makan (polifagi).
c.       Polifagi (banyak makan)
Seorang pasien diabetes yang baru makan akan mengalami ketidakcukupan hormon insulin untuk memasukan gukosa ke dalam sel, hal ini menyebabkan tubuh akan selalu merasa kelaparan, sehingga tubuh sering terasa lemah. Kompensasinya seorang pasien diabetes akan makan lebih banyak lagi.
Gejala Lanjutan :
a.        Berat badan berkurang
Ketika proses sekresi pankreas kurang mencukupi jumlah hormon insulin untuk mengubah gula menjadi tenaga, tubuh akan menggunakan simpanan lemak dan protein di tubuh ini menyebabkan berkurangnya berat badan.
b.      Penglihatan kabur
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan perubahan pada lensa mata sehingga penglihatan kabur walaupun baru mengganti kaca mata.
c.       Cepat lelah
Karena gula di dalam darah tidak dapat di ubah menjadi tenaga sel-sel tubuh maka cepat merasa lelah, kurang tenaga dan sering mengantuk.
d.      Luka yang sulit disembuhkan
Pada diabetes, terjadi penurunan daya tubuh terhadap infeksi sehingga bila timbul luka akan sulit sembuh. Tidak menutup kemugkinan, jika terjadi infeksi berat di daerah kaki, akan berpotensi di amputasi sehingga akan mengalami cacat permanen.
Gejala kronis :
a.       Impoten
b.      kerusakan ginjal
c.       Gangren (infeksi pada kaki hingga membusuk)
d.      Kebutaan
e.       Stroke
f.       serangan jantung hingga kematian mendadak.







ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS

1.      Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :
a.       Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b.      Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c.       Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d.      Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e.       Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f.       Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g.     Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.      Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i.        Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.





2.      Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :
a)       Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
b)      Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.

c)       Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis) berhubungan dengan tinggi kadar gula darah.
d)     Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
e)      Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
f)        Gangguan body image berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.

3.      Rencana Keperawatan
a.       Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : Mempertahankan sirkulasi  perifer tetap normal.
Kriteria Hasil :
-          Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
-          Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
-          Kulit sekitar luka teraba hangat.
-          Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
-          Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
-          Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
-          Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah  : Tinggikan kaki sedikit lebih rendah  dari jantung  ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
-          Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya  vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
-          Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.
b.      Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
-    Berkurangnya oedema sekitar luka.
-    pus dan jaringan berkurang
-    Adanya jaringan granulasi.
-    Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
-    Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
-    Rawat luka dengan baik dan benar  : membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
-    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan  kultur pus  pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.
c.       Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis) berhubungan dengan tinggi kadar gula darah.
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil :
-    Tanda-tanda infeksi tidak ada.
-    Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 36 – 37,5 0C )
-    Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Rencana tindakan :
-    Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.
-    Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman.
-    Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional  : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.
-    Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.
-    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.
Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah sehingga proses penyembuhan.
d.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
-       Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
-       Emosi stabil., pasien tenang.
-       Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
-       Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
-       Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya,
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.
-       Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
-       Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
-       Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
-       Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara   bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
-       Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
e.       Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
-       Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
-       Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
-       Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan gangren.
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
-       Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
-       Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman
-       Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
-       Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada / memungkinkan).
Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.
f.       Gangguan body image berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secar positif.
Kriteria Hasil :
-         Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah diri.
-         Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.
Rencana tindakan :
-       Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.
Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.
-       Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.
Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.
-       Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.
Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.
-       Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.
-       Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.
Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang normal.
-       Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.
Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.

4.      Implementasi
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi  yang tepat dengan  selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.


5.      Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
a.       Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
b.      Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.















Daftar Pustaka
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002
http://logisempiris.zoomshare.com/files/bu.../Presentation_endocrine.ppt/
organ endokrin