MAKALAH
KEPERAWATAN
ANAK I
“Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan BBLR”
Disusun oleh:
1. Jani
Sarwestri 11.
048
2. Yusi
Selvyeni Illahiyah 11. 100
AKPER
KESDAM IV/ DIPONEGORO
SEMARANG
TAHUN
AJARAN 2012/ 2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan atas terselesaikannya makalah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan BBLR” sebagai hasil penugasan mata ajaran Keperawatan Anak I oleh
dosen kepada Kami pada Maret 2013 di Semarang.
Dengan terselesaikannya
makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Amin.
Makalah ini tidaklah
luput dari kekurangan, oleh karena itu kami memohon maaf atas segala kekurangan
tersebut dan kami harapkan juga saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini.
Demikian sedikit dari
kami, atas perhatian kritik dan saran kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb.
Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Analisa Data
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
PROBLEMS
|
1
|
DS: -
DO:
Terdapat pernafasan cuping hidung, RR: 30x/ menit, sianosis,
terdapat penumpukan lendir pada hidung dan mulut, adanya tarikan
intercostal, test kematangan paru.
|
Produksi surfactan yang belum optimal
|
Gangguan
pertukaran gas
|
2
|
DS: -
DO: Akral dingin, sianosis pada ekstremitas, keadaan umum
lemah, suhu tubuh < 35’C.
|
lapisan lemak dalam kulit tipis
|
Resiko terjadinya hipotermia
|
3
|
DS: Ibu mengatakan dirinya biasa
melakukan diet ketat dan merokok.
DO: keadaan umum bayi lemah, terjadi
muntah aspirasi pada bayi.
|
Reflek
menghisap lemah
|
Resiko
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
|
4
|
DS: -
DO: Akral dingin, Ekstremitas berwarna
biru/ sianosis,
suhu tubuh <35’C, bayi muntah
aspirasi dan kelemahan menghisap.
|
-Metabolisme
meningkat
-
Intake yang kurang
|
Resiko
terjadinya hipoglikemia
|
5
|
DS: -
N
DO: tali pusat layu, ada tanda-tanda
infeksi, kulit kuning (bilirubin: > 10 mg/ dl)
|
- Sistem
Imunitas yang menurun
- - Adanya tali pusat yang belum kering
|
Resiko
terjadinya infeksi
|
6
|
n
DS: Ibu mengatakan dirinya tidak suka atas kelahiran bayinya, dirinya juga biasa
melakukan diet ketat, merokok, dan ketergantungan obat-obatan, serta
hipertensi
dDO: Conjungtiva ibu anemis.
|
- Ketidaksiapan
menjadi orangtua.
|
Gangguan
hubungan Interpersonal Ibu dan Janin
|
B.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang sering muncul pada neonatus dengan BBLR antara lain:
1. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan Produksi
surfactan yang belum optimal
2. Resiko
terjadinya hipotermia berhubungan dengan lapisan lemak kulit yang tipis.
3. Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan reflek menghisap lemah.
4. Resiko
terjadinya hipoglikemia berhubungan dengan meningkatnya metabolisme tubuh
neonatus dan intake yang kurang.
5. Resiko
terjadinya infeksi berhubungan dengan sistem Imunitas yang belum sempurna
dan adanya tali pusat yang belum kering.
6. Gangguan
hubungan Interpersonal Ibu/ Janin berhubungan dengan ketidaksiapan menjadi
orangtua, gangguan transpor O2 dan Penyalahgunaan zat.
C.
Intervensi
1.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan produksi surfactan yang belum
optimal.
Tujuan: Kebutuhan
O2 bayi terpenuhi
Kriteria:
a. Pernafasan normal 40-60 kali
permenit.
b. Pernafasan teratur.
c. Tidak sianosis.
d. Wajah dan
seluruh tubuh berwarna kemerahan (pink variable).
Intervensi:
1. Letakkan
bayi terlentang dengan alas yang datar, kepala lurus, dan leher sedikit
tengadah/ ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi
sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
R: Memberi rasa nyaman dan
mengantisipasi flexi leher yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas.
2. Bersihkan
jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
R: Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas
dari lendir untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.
3. Observasi tanda-tanda sianosis tiap 4 jam.
R: Mendeteksi dini adanya kelainan.
4. Kolaborasi
dengan team medis dalam pemberian O2.
R: Mencegah
terjadinya hipoglikemia
2. Resiko terjadinya hipotermia berhubungan dengan lapisan lemak pada kulit
yang masih tipis.
Tujuan:
Tidak
terjadi hipotermia
Kriteria:
a. Suhu
tubuh 36,5 – 37,5°C
b. Akral
hangat
c. Warna
seluruh tubuh kemerahan
Intervensi:
1. Letakkan
bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer)
R: Mengurangi
kehilangan panas pada suhu lingkungan sehingga meletakkan bayi menjadi hangat.
2. Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
R: Perubahan suhu tubuh bayi
dapat menentukan tingkat hipotermia.
3. Resiko
gangguan penemuan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan reflek menghisap lemah.
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria:
a.
Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baik.
b.
Berat badan tidak turun lebih dari 10%.
c.
Retensi tidak ada
Intervensi:
1. Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta konsistensi.
R: Mendeteksi
adanya kelainan pada eliminasi bayi dan
segera mendapat tindakan / perawatan
yang tepat.
2. Monitor turgor dan mukosa mulut.
R: Menentukan derajat dehidrasi
dari turgor dan mukosa mulut.
3. Monitor intake dan out put cairan.
R: Mengetahui keseimbangan cairan
tubuh (balance).
4. Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.
R: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
secara adekuat.
5. Lakukan control berat badan setiap
hari.
R: Penambahan dan penurunan berat
badan dapat dimonitor.
4. Resiko
terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme yang meningkat dan intake
yang kurang.
Tujuan: Tidak terjadi hipoglikemia selama masa perawatan.
Kriteria:
a. Akral hangat
b. Tidak sianosis
c. Tidak apnea
d. Suhu normal (36,5°C -37,5°C)
Intervensi:
1. Berikan
nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap pemberian nutrisi.
R: Mencegah pembakaran glikogen dalam tubuh
dan untuk pemantauan intake dan out put.
2.
beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu lingkungan
R: Menjaga kehangatan agar tidak
terjadi proses pengeluaran suhu yang berlebihan sedangkan suhu lingkungan
berpengaruh pada suhu bayi.
3. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian
Infus Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan.
R: Mencegah terjadinya
hipoglikemia.
5. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan sistem
Imunitas yang belum sempurna dan adanya tali pusat yang belum kering.
Tujuan:
Selama perawatan tidak terjadi
komplikasi (infeksi)
Kriteria:
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
b. Tidak ada gangguan fungsi
tubuh.
Intervensi:
1. Lakukan teknik aseptik dan
antiseptik dalam memberikan asuhan keperawatan.
R: Pada bayi baru lahir daya
tahan tubuhnya kurang / rendah.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
R: Mencegah penyebaran
infeksi nosokomial.
3. Pakai baju khusus/ short waktu
masuk ruang isolasi (kamar bayi).
R: Mencegah masuknya bakteri
dari baju petugas ke bayi.
4. Lakukan perawatan tali pusat dengan triple dye 2 kali sehari.
R: Mencegah
terjadinya infeksi dan memper-cepat pengeringan tali pusat karena mengandung anti biotik, anti jamur, desinfektan.
5. Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan lingkungan bayi.
R: Mengurangi media untuk
pertumbuhan kuman.
6. Observasi tanda-tanda infeksi.
R: Deteksi dini adanya kelainan.
7. Kolaborasi dengan team medis untuk
pemberian antibiotik.
R: Mencegah infeksi dari pneumonia.
6. Gangguan
hubungan interpersonal Ibu/ Janin berhubungan dengan Ketidaksiapan menjadi
orangtua, gangguan transpor O2, dan penyalahgunaan obat.
Tujuan : Terjadinya hubungan
batin antara bayi dan ibu.
Kriteria:
a. Ibu menerima kelahiran
bayinya.
b. Ibu bersedia untuk segera
menggendong dan meneteki bayinya.
c. Bayi segera pulang dan ibu
dapat merawat bayinya sendiri.
Intervensi:
1. Jelaskan para ibu / keluarga tentang keadaan
bayinya sekarang.
R: Ibu
mengerti keadaan bayinya dan mengura-ngi kecemasan serta untuk kooperatifan
ibu/ keluarga.
2. Bantu orang tua / ibu mengungkapkan
perasaannya.
R: Membantu memecahkan permasalahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Putri Utami Dewi
Masitoh. 2011. ASKEP BBLR. available from: http://
http://asuhankeperawatananakbblr.blogspot.com/.