Minggu, 19 Mei 2013




MAKALAH
KEPERAWATAN ANAK I
“Asuhan Keperawatan pada Anak dengan BBLR”

logokesdam-warna.jpg








    Disusun oleh:
1.      Jani Sarwestri                                11. 048
2.      Yusi Selvyeni Illahiyah                 11. 100

AKPER KESDAM IV/ DIPONEGORO
SEMARANG
TAHUN AJARAN 2012/ 2013

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan atas terselesaikannya makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan BBLR” sebagai hasil penugasan mata ajaran Keperawatan Anak I oleh dosen kepada Kami pada Maret 2013 di Semarang.
Dengan terselesaikannya makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Makalah ini tidaklah luput dari kekurangan, oleh karena itu kami memohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan kami harapkan juga saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini.
Demikian sedikit dari kami, atas perhatian kritik dan saran kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb.


                                                                                                            Penulis







TINJAUAN PUSTAKA
A. Analisa Data
NO
DATA
ETIOLOGI
PROBLEMS
1
DS: -
DO: Terdapat pernafasan cuping hidung, RR: 30x/ menit,  sianosis,  terdapat penumpukan lendir pada hidung dan mulut, adanya tarikan intercostal, test kematangan paru.
Produksi surfactan yang belum optimal
Gangguan pertukaran gas
2
DS: -
DO: Akral dingin,  sianosis pada ekstremitas, keadaan umum lemah, suhu tubuh < 35’C.
lapisan lemak dalam kulit tipis
Resiko terjadinya hipotermia
3
DS: Ibu mengatakan dirinya biasa melakukan diet ketat dan merokok.
DO: keadaan umum bayi lemah, terjadi muntah aspirasi pada bayi.
Reflek  menghisap  lemah
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
4
DS: -
DO: Akral dingin, Ekstremitas berwarna
biru/ sianosis,
suhu tubuh <35’C, bayi muntah aspirasi dan kelemahan menghisap.


-Metabolisme meningkat
- Intake yang kurang
Resiko terjadinya hipoglikemia
5
    DS: -
N DO: tali pusat   layu, ada tanda-tanda infeksi, kulit kuning (bilirubin: > 10 mg/ dl)
-  Sistem Imunitas yang menurun
-  - Adanya tali pusat yang belum kering


Resiko terjadinya infeksi
6
n DS: Ibu mengatakan dirinya tidak suka atas kelahiran bayinya, dirinya juga biasa melakukan diet ketat, merokok, dan ketergantungan obat-obatan, serta hipertensi
 dDO: Conjungtiva ibu anemis.
- Ketidaksiapan menjadi orangtua.
Gangguan hubungan Interpersonal Ibu dan Janin

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada neonatus dengan BBLR antara lain:
1.    Gangguan pertukaran gas  berhubungan dengan Produksi surfactan yang belum optimal
2.    Resiko terjadinya hipotermia berhubungan dengan lapisan lemak kulit yang tipis.
3.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan reflek menghisap lemah.
4.    Resiko terjadinya hipoglikemia berhubungan dengan meningkatnya metabolisme tubuh neonatus dan intake yang kurang.


5.    Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan sistem Imunitas yang belum sempurna dan adanya tali pusat yang belum kering.
6.    Gangguan hubungan Interpersonal Ibu/ Janin berhubungan dengan ketidaksiapan menjadi orangtua, gangguan transpor O2 dan Penyalahgunaan  zat.
C. Intervensi                                                                  
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan produksi surfactan yang belum optimal.
Tujuan: Kebutuhan O2 bayi terpenuhi
          Kriteria:
              a. Pernafasan normal 40-60 kali permenit.
              b. Pernafasan teratur.
              c. Tidak sianosis.
d. Wajah dan seluruh tubuh berwarna kemerahan (pink variable).
          Intervensi:           
1.  Letakkan bayi terlentang dengan alas yang datar, kepala lurus, dan leher sedikit tengadah/ ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
R: Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang dapat mengurangi  kelancaran jalan nafas.
2.  Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
R:  Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.
3.  Observasi tanda-tanda sianosis tiap 4 jam.
R:  Mendeteksi dini adanya kelainan.
 4.  Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2.
 R: Mencegah terjadinya hipoglikemia
2. Resiko terjadinya hipotermia berhubungan dengan lapisan lemak pada kulit yang masih tipis.
Tujuan: Tidak terjadi hipotermia

Kriteria:
a. Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C
b. Akral hangat
c. Warna seluruh tubuh kemerahan
              Intervensi:
              1.  Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer)
R: Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan sehingga meletakkan bayi menjadi hangat.
              2. Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
                   R: Perubahan suhu tubuh bayi dapat  menentukan tingkat hipotermia.
     3. Resiko gangguan penemuan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan reflek menghisap lemah.
          Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
          Kriteria:
               a. Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baik.
               b. Berat badan tidak turun lebih dari 10%.
               c. Retensi tidak ada
               Intervensi:                 
              1. Lakukan observasi BAB dan  BAK jumlah dan frekuensi serta konsistensi.
R: Mendeteksi adanya kelainan pada  eliminasi bayi dan segera mendapat tindakan /   perawatan yang tepat.
          2. Monitor turgor dan mukosa mulut.
              R: Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa mulut.
          3. Monitor intake dan out put cairan.
              R: Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance).
          4. Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.
              R: Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.
          5. Lakukan control berat badan setiap hari.
              R: Penambahan dan penurunan berat badan dapat dimonitor.
4. Resiko terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme yang meningkat dan intake yang kurang.
              Tujuan: Tidak terjadi  hipoglikemia selama masa perawatan.
          Kriteria:
          a. Akral hangat
          b. Tidak sianosis
          c. Tidak apnea
          d. Suhu normal (36,5°C -37,5°C)
Intervensi:
              1.  Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap pemberian nutrisi.
     R: Mencegah pembakaran glikogen dalam tubuh dan untuk pemantauan intake dan out put.
             2. beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu lingkungan
R: Menjaga kehangatan agar tidak terjadi proses pengeluaran suhu yang berlebihan sedangkan suhu lingkungan berpengaruh pada suhu bayi.
3.  Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan.
                   R: Mencegah terjadinya hipoglikemia.
5. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan sistem Imunitas yang belum sempurna dan adanya tali pusat yang belum kering.
          Tujuan:
          Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi)
              Kriteria:
              a. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
              b. Tidak ada gangguan fungsi tubuh.

              Intervensi:
              1. Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan keperawatan.
                   R: Pada bayi baru lahir daya tahan tubuhnya kurang / rendah.
              2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
                   R: Mencegah penyebaran infeksi nosokomial.
              3. Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi).
                   R: Mencegah masuknya bakteri dari baju petugas ke bayi.
              4. Lakukan perawatan  tali pusat dengan triple dye 2 kali sehari.
R: Mencegah terjadinya infeksi dan memper-cepat pengeringan tali pusat karena   mengandung anti biotik, anti jamur, desinfektan.
          5. Jaga  kebersihan (badan, pakaian) dan  lingkungan bayi.
              R: Mengurangi media untuk pertumbuhan kuman.        
          6. Observasi tanda-tanda infeksi.
              R: Deteksi dini adanya kelainan.
          7. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian antibiotik.
              R: Mencegah infeksi dari pneumonia.
6. Gangguan hubungan interpersonal Ibu/ Janin berhubungan dengan Ketidaksiapan menjadi orangtua, gangguan transpor O2, dan penyalahgunaan obat.
                   Tujuan : Terjadinya hubungan batin antara bayi dan ibu.
                   Kriteria:
                   a. Ibu menerima kelahiran bayinya.
                   b. Ibu bersedia untuk segera menggendong dan meneteki bayinya.
                   c. Bayi segera pulang dan ibu dapat merawat bayinya sendiri.
         



              Intervensi:
                   1.  Jelaskan para ibu / keluarga tentang keadaan bayinya sekarang.
R: Ibu mengerti keadaan bayinya dan mengura-ngi kecemasan serta untuk kooperatifan ibu/ keluarga.
          2. Bantu orang tua / ibu mengungkapkan perasaannya.
              R: Membantu memecahkan permasalahan.

























DAFTAR PUSTAKA

Putri Utami Dewi Masitoh. 2011. ASKEP BBLR. available from: http:// http://asuhankeperawatananakbblr.blogspot.com/.
07.49

































2 komentar: