Selasa, 30 April 2013
laporan pendahuluan asfiksia
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN GANGGUAN
ASFIKSIA
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak 1
Dosen
Pengampu : Tut Wuri Prihatin, SST, M.kes
Disusun Oleh :
Anastasia Dewi 11.004
Moch Afif Ardianto 11.055
AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM
IV/DIPONEGORO
SEMARANG
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
A.
Definisi
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana
bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segara setelah lahir.
Keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia. Hiperkapnea dan sampai
ke asidosis. ( hidayat, 2005 )
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi
yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat merusak O2 dan
makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. ( Manuaba, 1998 )
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi
baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu
menit setelah lahir. (Mansjoer, 2000 )
Asfiksia berarti hipoksia yang
progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu
jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vial lainnya.(Saiffudin, 2001)
Jadi, asfiksia neonatorum adalah keadaan
bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dengan ditandai adanya
dipoksia (penurunnan PaO₂), hiperkarbia (peningkatan PaO₂), asidosis (penurunan PH).
B.
Etiologi
Keadaan
dimana asfiksia terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti
pengembangan paru-paru. Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi
pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.
Penyebab
asfiksia menurut ( Mochtar, 1989 ) :
1. Asfiksia
dalam kehamilan
a. Penyakit
infeksi akut
b. Penyakit
infeksi kronik
c. Keracunan
oleh obat-obatan bius
d. Uraemia
dan toksemia gravidarum
e. Anemia
berat
f. Cacat
bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia
dalam persalinnan
a. Kekurangan
O2
·
Partus lama ( CPD, rigid serviks dan
atonia/ansersi uteri )
·
Ruptur uteri yang memberat, kontraksi
uteri yang terus menerus mengganggu sirkulasi darah ke uri
·
Tekanan terlalu kuat dari kepala anak
keplasenta
·
Prolaps fenikuli tali pusar akan
tertekan antara kepala dan paggul
·
Pemberian obat bius terlalu banyak dan
tidak tepat pada waktunya
·
Pendarahan banyak : plasenta previa dan
solution plasenta
·
Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas
( serotinus ), disfungsi uteri
b. Paralisis
pusat pernafasan
·
Trauma dari luar seperti oleh tindakan
forceps
·
Trauma dari dalam : akibat obat bius
Sedangkan manurut ( Betz et al, 2001 ).Asfiksia dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu :
1. Faktor
ibu
a. Hipoksia
ibu
Dapat
terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi
dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b. Gangguan
aliran darah uterus
Berkurangnya
aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen keplasenta
dan juga kejanin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus,
hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit
eklamasi.
2. Faktor
Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin
dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksia janin dapat terjadi bila
terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio
plasenta
3. Faktor
fetus
Komprasi umbilikus akan mengakibatkan
terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran
gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada
keadaaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan
lahir dan janin.
4. Faktor
neunatus
Depresi
pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi kareana beberapa hal yaitu
pemakaian onat anestesi yang berlebihan pada ibu. Trauma yang terjadi saat
peralinnan misalnya perdarahan intra kranial, kelainnan kongenital pada bayi
misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernafasan, hipoplasia
paru.
C.
Patofisiologi
Bila janin kekurangan O₂
dan kadar CO₂ bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ
( Denyut Jantung Janin ) menjadi lambat jika kekurangan O₂
terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini
rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DDJ menjadi lebih cepat akhirnya
ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan itrauterin dan bila
kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelaktasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Apabila
asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun. Sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan
bayi memasuki periode apneu primer. Apabila bayi dapat bernafas kembali secara
teratur bayi mengalami afiksia ringan.
Jika
berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus
menerus disebabkan karena terjadi metabolisme anaerob yaitu glikolisis glikogen
tubuh yang sebelumnya diawali dengan asidosis respiratorik karena gangguan
metabolisme asam basa, biasanya gejala ini terjadi pada asfiksia sedang –
berat, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas
(flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasukki periode
apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekan darah dan kadar O₂
dalam darah (PaO₂) terus menurun. Pada
paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan
resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan diotak terjadi kerusakan sel otak
yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukan upaya pernafasan secara spontan.
Gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan O₂
selama kandungan/persalinan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila
tidak teratasi akan mengakibatkan kematian jika resusitasi dengan pernafasan
buatan dan pemberian O₂ tidak dimulai segera. Kerusakan dan gangguan ini dapat
reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia.
Asfiksia
neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Asfiksia
Ringan ( Vigorus baby )
Skor
APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. Asfiksia
Sedang ( mid moderate asphyksia )
Skor
APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas
tidak ada
3. Asfiksia
berat
Skor
APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit,
tonus otto buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, efek iritabilitas
tidak ada pada asfiksia dengan jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang
tidak lebih dari 10menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang
post partum, pemeriksaaan fisik sama pada asfiksia berat.
( Rustam, 1998 )
D.
Manisfestasi
Klinik
1. Pada
Kehamilan
Denyut
jantung janin lebih cepat dari 160x/menit atau kurang adri 100x/menit, halus
dan irriguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika
DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika
DJJ 160x/menit keatas dan ada nekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika
DJJ 1000x/menit ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gaway
2. Pada
Bayi Setelah Lahir
a. Bayi
pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha
bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis
metabolik atau respiratori
e. Perubahan
fungsi jantung
f. Kegagalan
sistem multiorgan
g. Kalau
sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik, kejang,
nistagmus dan menangis kurang baik/tidak baik.
E.
Pathway
Persalinan
lama, lilitan tali pusar Paralisis
pusat pernafasan Faktor lain:
anestesi,
Presentasi
janin abnormal obat-obatan
narkotik
ASFIKSIA
Janin kekurangan O2 Paru
– paru terisi cairan
|
|
|
|||||||
Apneu suplai
O2 keparu suplai O2 dlm darah
|
DJJ
& TD kematian bayi
Asidosis respiratorik
Janin
tdk beraksi
Terhadap
rangsangan
F.
Pemeriksaan
Diagnostik
1. Foto
polos dada
2. USG
kepala
3. Laboratorium
: darah rutin ( hempglobin/hematokrit (HB/Ht) : kadar HB 15-20 gr dan Ht
43%-61%). Analisa gas darah da serum elektrolit
4. PH
tali pusat : tingkat 7.20 sampai 7.24 menunjukkan status parasidosis, tingkat
rendah menunjukkan asfiksisa bermakna
G.
Penatalaksanaan
Medis
Tindakan untuk mengatasi asfiksia
neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin
muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mnegikuti tahapan-tahapan yang
dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan
saluran nafas terbuka :
a. Meletakkan
bayi dalam posisi yang benar
b. Menghisap
mulut kemudian hidung kalau perlu trakea
c. Bila
perlu masukkan Et untuk memastikan pernafasan terbuka
2. Memulai
pernafasan :
a. Lakukan
rangsangan takil beri rangasangan takil dengan menyentil atau menepok telapak
kaki. Lakukan penggosokan punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengekus
tubuh, tungkai dan kepala bayi.
b. Bila
perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Memperhatikan
Sirkulasi Darah :
a. Pengawasan
suhu
b. Pembersihan
jalan nafas
c. Rangsang
untuk menibulkan pernafasan
PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Sirkulasi
i.
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110
sampai 180 x/menit. Tekanan darah 60 sampai 80 mmH g (sistolik). 40 sampai 45
mmHg (diastolik).
ii.
Bunyi jantung. Lokasi di mediasternum
dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang
intercosta III/IV
iii.
Murmur bisa terjadi diselama beberapa
jam pertama kehidupan
iv.
Tali pusat putih dan bergelatin,
mengandung 2 arteri dan satu vena.
b. Eliminasi
Dapat berkemih saat
lahir
c. Makannan
/cairan
i.
Berat badan : 2500-4000 gram
ii.
Panjang badan : 44-45 cm
iii.
Tugor kulit elastis ( bervariasi sesuai
gestasi )
d. Neurosensori
i.
Tonus otot : fleksi hipertonik dari
semua ekstremitas
ii.
Sadar dan aktif mendemonstrasikan reflek
menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran ( periode pertama
reaktivitas ). Penampilan asrimetris ( molding, edema, hematoma ).
iii.
Menangis kuat, sehat nada sedang ( nada
mnangis tinggi menunjukan abnormalitas generik, hipoglikemi atau efek narkotik
yang menunjang)
e. Pernafasan
i.
Skor APGAR : 1menit..... 5 menit.....
skor optimal harus antara 7-10
ii.
Rentang dari 30-60/menit, pola periodik
dapat terlihat
iii.
Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang
krekels umunya pada awalnya silindril thorak : kartiligo xifoid menonjol, umum
terjadi.
f. Keamanan
i.
Suhu rentang dari 36,5°C sampai 37,5°C.
ii.
Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan
tangan/kaki dapat terlihat, warna merah muda atau ke merahan, mungkin belang
belang menunjukan memar minor ( misal : kelahiran dengan forseps). Atau
perubahan warna herlequin.
2.
Diagnosa
a. Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak
b. Pola
nafas tidak efektif b.d
dipoventilasi/hiperventilasi
c. Perfusi
jaringan b.d suplai oksigen dalam darah kurang
d. Resiko
ketidak seimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplay O2 dal am darah
3.
Intervensi
1.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan bersihan nafas efektif
Dengan kriteria hasil :
a. Tidak
menunjukan demam
b. Tidak
menunjukan cemas
c. Rata-rata
respirasi dalam bebas normal
d. Pengeluaran
sputum melalui jalan nafas
e. Tidak
ada suara nafas tambahan
Intervensi :
-
Tentukan kebutuhan oral/suction tracheal
R : untuk memungkinkan reoksigenasi
-
Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suction
R : pernafasan bising,
ronki dan mengi menunjukkan tertahannya secret
-
Beritahu keluarga tentang suction
R : membantu memberikan
informasi yang benar pada keluarga
-
Bersihkan daerah bagian traceal setelah
suction selesai dilakukan
R : mencegah
obstruksi/aspirasi
-
Status oksigenasi pasien, status
hemodinamik segera sebelum, selama dan sesudah suction
R : membantu untuk
mengidentifikasi perbedaan status oksigen sebelum dan sesudah suction
2. Pola nafas tidak efektif b.d
hipoventilasi/hiperventilasi
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
pola nafas menjadi efektif
Dengan
kriteria hasil :
a.
Pasien menunjukan pola nafas yang
efektif
b.
Ekspansi dada simetris
c.
Tidak ada bunyi nafas tambahan
d.
Kecepatan dan irama respirasi dalam
batas normal
Intervensi
:
-
Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
melakukan pengisapan lendir
R
: untuk menghilangkan mukus yang terakumulasi dari nasofaring, tracea
-
Auskultasi jalan nafas untukmengetahui
adanya penurunan ventilasi
R
: bunyi nafas menurun/tak ada bila jalan nafas obstruksi sekunder. Ronki dan
mengi menyertai obstruksi jalan nafas/kegagalan pernafasan
-
Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
R
: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
3. Kerusakkan pertukaran gas b.d
ketidakseimbangan perfusi ventilasi
Tujuan
: setelah dilakukan tindakkan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
pertukaran gas teratasi
Dengan
kriteria hasil :
a.
Tidak sesak nafas
b.
Fungsi paru dalam batas normal
Intervensi
:
-
Kaji bunyi paru, frekuensi nafas,
kedalamman nafas, dan produksi sputum
R
: penurunna bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis. Ronki, mengi menunjukkan
akumulasi secret//ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan
peningkatan kerja pernafasan
-
Berikan oksigenasi tambahan yang sesuai
R
: alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap
penurunan ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru
4.
Perfusi
jaringan b.d suplai oksigen dalam darah kurang
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan perfusi
dalam jaringan berkurang
Dengan
kriteria hasil :
a.
Temperatur badan dalam batas normal
b.
Tidak terjadi distres pernafasan
c.
Tidak gelisah
d.
Perubahan warna kulit
e.
Bilirubin dalam batas normal
Intervensi
:
-
Hindarkan pasien dari kedinginnan
R
: menghindari terjadinya hipertermia
-
Monitor temperatur dan warna kulit
R
: mengetahui terjadinya hipotermi
-
Monitor TTV
R
: perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan mempengaruhi proses regulasi
ataupun metabolisme dalam tubuh
-
Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar
tetap hangat
R :menghindari
terjadinya hipertermia
DAFTAR
PUSTAKA
Allen,Carol Vestal.1998. Memahami Proses Keperawatan,
EGC : Jakarta
Aminullah,Asril.1994.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Aliyah Anna, dkk. 1997.Resusitasi Neonatal.Jakarta:Perkumpulan
perinatologi Indonesia (Perinasia)
Sarwono Prawiroharjo.2001.Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kes Maternal & Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
A. H. Markum Bag Ilmu Kes
Anak Fakultas Kedokteran UI. 1991.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1.Jakarta: UI
Hasan Rusepno, dkk 1981. Penata
Laksanaan Kegawat Daruratan Pediatrik.Jakarta:Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)