Selasa, 30 April 2013

asuhan keperawatan dhf



ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
DHF
(DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak I yang diampu oleh
Ns. Erni Suprapti, S.ST,. S.Kep
akper kesdam
Disusun oleh:




AKADEMI KEPERAWATAN KESEHATAN DAERAH MILITER IV/ DIPONEGORO SEMARANG
Tahun Ajaran 2012-2013

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpihan karunia, hidayah dan bimbingan-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak 1 dengan judul ”Makalah Keperawatan Anak I Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis”. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Adapun pihak-pihak tersebut antara lain :
1.                  NS. Erni Suprapti, S.ST,. S.Kep, selaku Dosen Keperawatan Anak 1 AKPER KESDAM IV / DIPONEGORO
2.                  Teman-teman yang juga membantu dalam berbagai hal.
3.                  Serta pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat diterima, dipelajari dan bermanfaat bagi mahasiswa dan pembaca dikalangan masyarakat serta dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunan makalah yang lain. Dan kami menyadari adanya banyak kekurangan, baik tulisan maupu cara penulisan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Semarang,       April 2013


       Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti ) yang tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa ditekan.Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus. Menurut Rita, potensi penyebaran DBD di antara negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi mengingat banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain.
Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat terjadi komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat meningkatnya permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya plasma yang mengandung cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya peningkatan nilai hematokrit.

  1. Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui bagaimana cara membuat Asuhan Keperawatan dengan gangguan DHF.
2.      Tujuan Khusus
Mahasiswa akan mampu:
a.       Memahami definisi DHF
b.      Mengetahui etiologi terjadinya DHF
c.       Mengetahui Patofisiolagi DHF
d.      Mengetahui manifestasi klinis dari DHF
e.       Mengetahui cara pengobatan DHF
f.       Mengetahui komplikasi dari DHF
g.      Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk DHF
h.      Merumuskan  asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHFmeliputi  pengkajian, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan.










BAB II
KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
              Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty.
(Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (betina).
 (Seoparman , 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik.
(Sir,Patrick manson,2001).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.(Suriadi & Yuliani, 2001).                                                  
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue.
 (Saroso, 2007)


B.     Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari arthropedi borne viruses ( Arbovirus ), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipr lain. Virus dengue ini terutama ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus,
Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut. Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk memotong telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah, melainkan hidup Dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina sekitar ± 2 minggu.
 ( Hadinegoro, 1999 )
C.    Patofisiolagi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia, diathesisi hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah,dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak di atasi bisa terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.












D.    Pathway









 

















E.     Manifestasi Klinik
a.             Demam tinggi selama 2-7 hari
b.            Mual, munatah,,tidak nafsu makan, diare, konstipasi
c.             Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, hematoma
d.            Epistaksis, Hematemesis, melena, hematuri
e.             Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati
f.             Sakit kepala
g.            Pembekakan sekitar mata
h.            Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
F.     Pengobatan
Bila anak diduga atau sudah didiagnosa medis DHF, maka hal yang harus dilakukan adalah :
a.       Tirah baring
b.      Beri makanan yang lunak. Apabila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1, - 2 liter dalam 24 jam ( susu, air, dengan gula atau sirup ). Atau air tawar yang ditambahkan dengan garam saja.
c.       Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminoferen, eukinin, atau dipiron. Hindari pemberian asetol karena bahaya pendarahan.
d.      Pemberian cairan intravena pada anak tanpa renjatan dilakukan bila anak terus menerus muntah, sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau didapatkan nilai hematokrit yang terus meningkat ( >40vol% ). Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5 % dalam 1/3 larutan NaCl 0,9% dengan jumlah tetesan 16 x/ menit.




G.    Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Demam Berdarah, diantaranya :
a.       Perdarahan Luas
b.      Shock atau rejatan
c.       Effusi pleura
d.      Penurunan kesadaran
H.    Pemeriksaan Penunjang
a.    Darah
·         Trombosit menurun
·         HB meningkat lebih 20%
·         HT meningkat lebih 20%
·         Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
·         Protein darah rendah
·         Ureum PH bisa bisa meningkat
b.   Serologi: HI ( Hemaglitination Inhibition test)
·         Rontgen thorax : efusi pleura
·         Uji test tourniquet (+)





BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan dalam perumusan diagnosa keperawatan. ( Doenges : 2000 ).
Tahap pengkajian adalah sebagai berikut :
1.      Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan klien dengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik melalui keluarga, orang terdekat, masyarakat, maupun rekam medic.
2.      Identitas klien dan keluarga, terdiri dari :
a.       Nama klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama.
b.      Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
c.       Nama ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
d.      Tanggal anak masuk rumah sakit, diagnose medis, dan segala sumber informasi yang diperoleh.
3.      Keluhan utama, yaitu alas an yang paling menonjol pada pasien dengan DHF untuk datang ke rumah sakit
4.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit.


b.      Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang DHF.
c.       Pemeriksaan fisik, terdiri dari :
Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien ( inspeksi adanya lesi pada kulit ). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop ( auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus )
d.      Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindari
e.       Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
f.       Pola kebiasaan
1)      Nutrisi dan metabolism : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
2)      Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3)      Eliminasi urine perlu dikaji apakah sering buang air kecil, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4)      Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5)      Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk.
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Kekurangan volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler.
2.      Gangguan perfusi jaringan b.d Hipoxia.
3.      Hipertermi b.d proses infeksi virus dengue.
4.      Perubahan nutrisi kurang dr kebutuhan b.d anoreksia.
5.      Resti perdarahan b.d trombositopenia.
6.      Resti infeksi b.d Leukopenia.
7.      Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan.
C.    Intervensi Keperawatan
1.      Kekurangan volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler.
            Tujuan / KH: Anak terpenuhinya kebutuhan cairan.
Kebutuhan cairan anak terpenuhi,integgritas kulit baik
Intervensi:
a.       Mengobservasi tanda – tanda vital paling sedikit setiap empat jam
b.      Memonitor tanda –tanda vital meningkatnya kekurangan cairan:. produksi urin menurun,turgor tidak elastic
c.       Anjurkan anak untuk minum banyak
d.      Memonitor pemberian cairan melalui intra vena dan pertahankan ttesan sesuai dgn ketentuan.
2.      G3 perfusi jaringan b.d Hipoksia.
            Tujuan / KH : Anak menunjukan tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat.
Intervensi :
a.       Pantau TTV
b.      Kaji warna kulit / membran mukosa, capilary refill.
c.       Pertahankan suhu Lingk. Yang hangat
d.      Pertahankan pemasukan cairan yang kuat
e.       Anjurkan pasien untuk menghindari pijatan / urutan pd extremitas yang sakit.
f.       Berikan O2 sesuai indikasi.
3.      Hipertermia b.d proses infeksi virus.
Tujuan / KH: Suhu tubuh normal (36-37 0C), pasien bebas dari demam.
Intervensi:
a.       Ukur tanda – tanda vital; suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah
b.      Berikan kompres hangat.
c.       Berikan px minum sesuai kebthn.
d.      Anjurkan px u/ memakai pakaian tipis & menyerap keringat.
e.       Kalaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik sesuai dengan ketentuan.
4.      Perubahan nutrisi  kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, tidak nafsu makan.
Tujuan / KH: Terpenuhi kebutuhan nutrisi anak terpenuhi, pasien mamapu menghabiskan makanana sesuai porsi yang di sediakan / di butuhkan
Intervensi:
a.         Berikan makanan yang disukai klien.
b.        Berikan makanan yang hangat disertai dg suplemen nutrisi u/ meningkatkan kwalitas intake nutrisi.
c.    Menganjurkan pada orang tua untuk memberikan makanan dengan tehnik porsi kecil tapi sering.
d.   Beri air minum hangat bila pasien merasa mual.
e.         Kolaborasi dengan ahli gizi.
5.      Resti pendarahan b.d trombositopenia
Tujuan / KH: Mencegah terjadinya pendarahan lebih lanjut, peningkatan jumlah trombosit.
Intervensi:
a.       Kaji adanya perdarahan.
b.      Beri periode istirahat.
c.       Awasi anak dalam beraktivitas.
d.      Beri kegiatan yang tidak berbahaya.
e.       Monitor hasil Lab.
f.       Kolaborasi dlm pemberian therapy cairan IV.
6.      Resti infeksi b.d Leukopenia
Tujuan / KH :  Tidak terjadi tanda2 infeksi.
Intervensi :
a.       Cuci tangan.
b.      Berikan tindakan isolasi sbg tindakan pencegahan.
c.       Pantau suhu tubuh scr teratur.
d.      Batasi pengunjung.
e.       Kolaborasi dlm pemberian therapy antibiotik.
7.      Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan :
Tujuan / KH :  Pasien mampu mandiri, Kebutuhan & aktivitas sehari hari terpenuhi
Intervensi :
1. Observasi TTV
1.   Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat.
2.   Berikan permainan & aktivitas yang sesuai usia
3.   Berikan lingkungan yang tenang & batasi pengunjung.
4.   Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan pasien.
5.   Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh pasien.











BAB III
PENUTUP

A.             Kesimpulan
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty. Penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (betina).
            Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Pembaerian asuhan keperawatan yang sesuai dg kebutuhan pasien akan sangat membantu proses penyembuhan dan mengurangi derajat kecemasan pada keluarga. dengan melakukan pengkajian, maka akan di peroleh data yang akan menunjang masalah pasien.
B.              SARAN
Fokus utama pada masalah DHF dalah pencegahan. Pembanahan kebersihan lingkungan sekitar kita akan membantu proses pencegahan terjadinya Kejadian Luar Biasa DHF. Dengan Lingkungan bersih, maka akan tercipta hidup sehat tanpa adanya penyakit baik DHF atau penyakit lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Sumarmo,Purwo.Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis.IDAI Edisi I.Jakarta:EGC
Christantie, Effendy. SKp.2005 Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta
Herdman, T. Heather. 2009. Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional. EGC. Jakarta
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta
Agustiani, Nurlinda. 2008. Karya Tulis Ilmiah DHF. Samarinda
M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika. Jakarta
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Sagung Seto. Jakarta
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar