ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
DHF
(DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER)
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak I yang diampu oleh
Ns.
Erni Suprapti, S.ST,. S.Kep
Disusun oleh:
AKADEMI KEPERAWATAN
KESEHATAN DAERAH MILITER IV/ DIPONEGORO SEMARANG
Tahun Ajaran 2012-2013
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpihan karunia,
hidayah dan bimbingan-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak 1 dengan judul
”Makalah
Keperawatan Anak I Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pertusis”. Kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah
ini. Adapun pihak-pihak tersebut antara lain :
1.
NS. Erni Suprapti, S.ST,. S.Kep, selaku Dosen Keperawatan Anak 1 AKPER
KESDAM IV / DIPONEGORO
2.
Teman-teman yang juga membantu dalam berbagai hal.
3.
Serta pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat diterima, dipelajari dan
bermanfaat bagi
mahasiswa dan pembaca dikalangan masyarakat serta dapat digunakan sebagai bahan
acuan dalam penyusunan makalah yang lain. Dan kami menyadari adanya banyak
kekurangan, baik tulisan maupu cara penulisan, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan.
Semarang, April 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu
penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk
penularnya ( Aedes Aegypti ) yang tersebar luas sehingga penularannya dapat
terjadi di semua tempat. Karena banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi
negara Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari demam berdarah
se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari
peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara
anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan,
penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat
DBD bisa ditekan.Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal
dunia 102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun
2009 sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya
adalah di Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9
persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus
dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah
kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi
kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan
negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2,
jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus. Menurut Rita,
potensi penyebaran DBD di antara negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi
mengingat banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain.
Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat
penanganannya, maka akan dapat terjadi komplikasi seperti efusi pleura karena
adanya kebocoran lambung akibat meningkatnya permeabilitas membrane, perdarahan
pada lambung karena anak mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan,
terjadi pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya
plasma yang mengandung cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya
peningkatan nilai hematokrit.
- Tujuan
1. Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
bagaimana cara membuat Asuhan Keperawatan dengan gangguan DHF.
2. Tujuan
Khusus
Mahasiswa akan mampu:
a. Memahami
definisi DHF
b. Mengetahui
etiologi terjadinya DHF
c. Mengetahui
Patofisiolagi DHF
d. Mengetahui
manifestasi klinis dari DHF
e. Mengetahui
cara pengobatan DHF
f. Mengetahui
komplikasi dari DHF
g. Mengetahui
pemeriksaan penunjang untuk DHF
h. Merumuskan
asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHFmeliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan.
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty.
(Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang
terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang
tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegepty (betina).
(Seoparman , 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty
dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan
cepat menyebar secara efidemik.
(Sir,Patrick manson,2001).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti.(Suriadi & Yuliani,
2001).
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara
klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe
virus Dengue.
(Saroso, 2007)
B. Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue yang
termasuk dalam genus Flavivirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Di
Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe
virus dengue yang termasuk dalam grup B dari arthropedi borne viruses (
Arbovirus ), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu
serotype menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan,
tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipr lain. Virus dengue ini terutama
ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus,
Aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini
terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di
atas permukaan laut. Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga
dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit
dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk memotong telurnya.
Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah, melainkan hidup Dari sari
bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina sekitar ± 2 minggu.
( Hadinegoro, 1999 )
C. Patofisiolagi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan
hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan
terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang
berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan
terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler dan menghilangkan plasma
melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit
dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor
penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya
hipotensi, trombositopenia, diathesisi hemorrhagic, renjatan terjadi secara
akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya
plasma melalui endotel dinding pembuluh darah,dan dengan hilangnya plasma klien
mengalami hipovolemik. Apabila tidak di atasi bisa terjadi anoxia jaringan,
asidosis metabolic dan kematian.
D.
Pathway
E. Manifestasi
Klinik
a.
Demam tinggi selama 2-7 hari
b.
Mual, munatah,,tidak nafsu
makan, diare, konstipasi
c.
Perdarahan terutama perdarahan
bawah kulit, ptechie, hematoma
d.
Epistaksis, Hematemesis,
melena, hematuri
e.
Nyeri
otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati
f.
Sakit kepala
g.
Pembekakan sekitar mata
h.
Pembesaran
hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
F.
Pengobatan
Bila anak diduga atau sudah didiagnosa
medis DHF, maka hal yang harus dilakukan adalah :
a.
Tirah baring
b.
Beri makanan yang
lunak. Apabila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1, - 2 liter
dalam 24 jam ( susu, air, dengan gula atau sirup ). Atau air tawar yang
ditambahkan dengan garam saja.
c.
Medikamentosa yang
bersifat simtomatis. Hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak
dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminoferen, eukinin, atau
dipiron. Hindari pemberian asetol karena bahaya pendarahan.
d.
Pemberian cairan
intravena pada anak tanpa renjatan dilakukan bila anak terus menerus muntah,
sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau didapatkan nilai hematokrit
yang terus meningkat ( >40vol% ). Jumlah cairan yang diberikan tergantung
dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5 %
dalam 1/3 larutan NaCl 0,9% dengan jumlah tetesan 16 x/ menit.
G. Komplikasi
Adapun komplikasi dari
penyakit Demam Berdarah, diantaranya :
a.
Perdarahan Luas
b.
Shock atau rejatan
c.
Effusi pleura
d.
Penurunan kesadaran
H. Pemeriksaan
Penunjang
a.
Darah
·
Trombosit menurun
·
HB meningkat lebih 20%
·
HT meningkat lebih 20%
·
Leukosit
menurun pada hari ke 2 dan ke 3
·
Protein darah rendah
·
Ureum
PH bisa bisa meningkat
b.
Serologi: HI ( Hemaglitination
Inhibition test)
·
Rontgen thorax : efusi pleura
·
Uji test tourniquet (+)
BAB III
KONSEP
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang
perawat dalam melakukan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data
dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan
data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan status kesehatan dan
pola pertahanan klien serta memudahkan dalam perumusan diagnosa keperawatan. (
Doenges : 2000 ).
Tahap pengkajian adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan
data, yaitu mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan klien dengan
cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik melalui keluarga, orang
terdekat, masyarakat, maupun rekam medic.
2. Identitas
klien dan keluarga, terdiri dari :
a. Nama
klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama.
b. Nama
ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
c. Nama
ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
d. Tanggal
anak masuk rumah sakit, diagnose medis, dan segala sumber informasi yang
diperoleh.
3. Keluhan
utama, yaitu alas an yang paling menonjol pada pasien dengan DHF untuk datang
ke rumah sakit
4. Riwayat
kesehatan
a. Riwayat
penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke
3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek,
nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya
manifestasi pendarahan pada kulit.
b. Riwayat
penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa
saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang DHF.
c. Pemeriksaan
fisik, terdiri dari :
Inspeksi,
adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien ( inspeksi
adanya lesi pada kulit ). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan
mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau
tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan
meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop
( auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus )
d. Riwayat
imunisasi
Apabila
anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi
dapat dihindari
e. Riwayat
gizi
Status
gizi anak yang menderita
DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat
beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang menderita DHF
sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi
ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka
anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
f. Pola
kebiasaan
1) Nutrisi
dan metabolism : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu
makan menurun.
2) Eliminasi
alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi.
Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi
urine perlu dikaji apakah sering buang air kecil, sedikit/banyak, sakit/tidak.
Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur
dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri
otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
kurang.
5) Kebersihan.
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk.
B.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Kekurangan volume
cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler.
2.
Gangguan perfusi
jaringan b.d Hipoxia.
3.
Hipertermi b.d proses
infeksi virus dengue.
4.
Perubahan nutrisi
kurang dr kebutuhan b.d anoreksia.
5.
Resti perdarahan b.d
trombositopenia.
6.
Resti infeksi b.d
Leukopenia.
7.
Intoleransi aktivitas
b.d Kelemahan.
C.
Intervensi Keperawatan
1.
Kekurangan
volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler.
Tujuan / KH: Anak terpenuhinya
kebutuhan cairan.
Kebutuhan cairan
anak terpenuhi,integgritas kulit baik
Intervensi:
a.
Mengobservasi tanda –
tanda vital paling sedikit setiap empat jam
b.
Memonitor tanda –tanda
vital meningkatnya kekurangan cairan:. produksi urin menurun,turgor tidak elastic
c.
Anjurkan anak untuk
minum banyak
d.
Memonitor pemberian
cairan melalui intra vena dan pertahankan ttesan sesuai dgn ketentuan.
2.
G3
perfusi jaringan b.d Hipoksia.
Tujuan / KH : Anak menunjukan tanda-tanda perfusi jaringan yang adekuat.
Intervensi :
a.
Pantau TTV
b.
Kaji warna kulit /
membran mukosa, capilary refill.
c.
Pertahankan suhu Lingk.
Yang hangat
d.
Pertahankan pemasukan
cairan yang kuat
e. Anjurkan
pasien untuk menghindari pijatan /
urutan pd extremitas yang sakit.
f.
Berikan O2 sesuai
indikasi.
3. Hipertermia
b.d proses infeksi virus.
Tujuan / KH: Suhu
tubuh normal (36-37 0C),
pasien bebas dari demam.
Intervensi:
a.
Ukur tanda – tanda vital; suhu, nadi, pernafasan,
tekanan darah
b.
Berikan
kompres hangat.
c.
Berikan px
minum sesuai kebthn.
d.
Anjurkan
px u/ memakai pakaian tipis & menyerap keringat.
e.
Kalaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik sesuai dengan
ketentuan.
4. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual,
muntah, tidak nafsu makan.
Tujuan
/ KH: Terpenuhi kebutuhan nutrisi anak terpenuhi, pasien mamapu menghabiskan makanana sesuai porsi yang di
sediakan / di butuhkan
Intervensi:
a.
Berikan
makanan yang disukai klien.
b.
Berikan
makanan yang hangat disertai dg suplemen nutrisi u/ meningkatkan kwalitas
intake nutrisi.
c. Menganjurkan pada orang tua untuk memberikan
makanan dengan tehnik porsi kecil tapi sering.
d.
Beri air minum hangat bila
pasien merasa mual.
e.
Kolaborasi dengan
ahli gizi.
5.
Resti pendarahan b.d
trombositopenia
Tujuan
/ KH: Mencegah terjadinya pendarahan lebih lanjut, peningkatan jumlah trombosit.
Intervensi:
a.
Kaji adanya perdarahan.
b.
Beri periode istirahat.
c. Awasi
anak dalam beraktivitas.
d. Beri
kegiatan yang tidak berbahaya.
e.
Monitor hasil Lab.
f. Kolaborasi
dlm pemberian therapy cairan IV.
6. Resti
infeksi b.d Leukopenia
Tujuan / KH : Tidak terjadi tanda2 infeksi.
Intervensi :
a. Cuci
tangan.
b. Berikan
tindakan isolasi sbg tindakan pencegahan.
c.
Pantau
suhu tubuh scr teratur.
d.
Batasi
pengunjung.
e. Kolaborasi dlm pemberian therapy antibiotik.
7.
Intoleransi
aktivitas b.d Kelemahan :
Tujuan / KH : Pasien mampu mandiri,
Kebutuhan & aktivitas sehari hari terpenuhi
Intervensi :
1. Observasi
TTV
1. Bantu pasien memilih posisi yang
nyaman untuk istirahat.
2. Berikan permainan & aktivitas yang
sesuai usia
3. Berikan lingkungan yang tenang &
batasi pengunjung.
4. Bantu pasien untuk memenuhi
kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan pasien.
5. Letakkan barang-barang di tempat
yang mudah terjangkau oleh pasien.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty. Penyakit
yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot
dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang
tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegepty (betina).
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan
hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Pembaerian asuhan keperawatan yang sesuai dg kebutuhan
pasien akan sangat membantu proses penyembuhan dan mengurangi derajat kecemasan
pada keluarga. dengan melakukan pengkajian, maka akan di peroleh data yang akan
menunjang masalah pasien.
B.
SARAN
Fokus utama pada masalah DHF dalah pencegahan.
Pembanahan kebersihan lingkungan sekitar kita akan membantu proses pencegahan
terjadinya Kejadian Luar Biasa DHF. Dengan Lingkungan bersih, maka akan
tercipta hidup sehat tanpa adanya penyakit baik DHF atau penyakit lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarmo,Purwo.Buku
ajar IKA infeksi dan penyakit tropis.IDAI
Edisi I.Jakarta:EGC
Christantie,
Effendy. SKp.2005 Perawatan Pasien
DHF. Jakarta, EGC
Doenges,
Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta
Herdman, T.
Heather. 2009. Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional. EGC. Jakarta
Perry, Potter.
2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta
Agustiani,
Nurlinda. 2008. Karya Tulis Ilmiah DHF. Samarinda
M. Nurs,
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika.
Jakarta
Suriadi,
Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Sagung Seto.
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar